LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS : MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE INQUIRI DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD


LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS : MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE INQUIRI DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD
BAB I PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah
Undang-undang No. 2 Pasal 13 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan dalam masyarakat dan mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan menengah dalam masyarakat. Upaya mengembangkan sikap, kemampuan, pengetahuan dari tugas dan tanggung jawab guna untuk melaksanakan proses belajar mengajar”.
Dalam metode khusus pengajaran IPA menyatakan bahwa “Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat pengembangan Siswa SD dalam bidang IPA yang amat diperlukan untuk melanjutkan belajar ke sekolah yang lebih tinggi maupun untuk mengembankan bakat, minat dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Melatih keterampilan anak untuk berfikir secara kreatif dan inovatif. IPA merupakan latihan bagi anak untuk berfikir kritis dalam mengembangkan daya cipta dan minat Siswa secara dini tentang alam sekitarnya” (Depdikbud. 1996).
Ilmu pengetahuan alam sebagai salah satu mata pelajaran di SD, merupakan program untuk menanamkan, mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai ilmiah pada Siswa. Tujuan pembelajaran IPA di SD antara lain: Pertama, agar Siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kedua, agar Siswa mampu memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar. Ketiga, agar Siswa mampu menggunakan konsep Pengetahuan Alam untuk mencegah suatu masalah yang akan  ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. (Hidayat, 1994: 5).
Pembelajaran IPA hendaknya dapat melibatkan aktivitas Siswa secara langsung pada benda-benda yang nyata. Bukan melalui ceramah pada pemberian tugas dari Guru kepada Siswa. Oleh karena itu , dalam penelitian tindakan kelas di SD.........................ini menggunakan model ”Inquiry Discovery”, yaitu anak diupayakan kepada proses mencari dan menemukan jawaban sendiri, sedangkan Guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing Siswa untuk belajar.(Wina Sanjaya, 2006: 193).
Dari hasil pengamatan pada Siswa kelas V SD ............. diperoleh gambaran tentang pembelajaran IPA, yaitu masih banyak Guru yang merasa kesulitan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengen model yang tepat, proses pembelajaran IPA masih dominan menggunakan metode ceramah dan pada pembelajaran IPA belum banyak melibatkan fisik serta mental dalam memperoleh pengetahuan (Siswa tidak melakukan percobaan). kondisi pembelajaran tidak terpusat pada Siswa, karena semua kegiatan didominasi oleh Guru-guru yang kurang menggunakan alat peraga karena merasa akan menyita waktu lebih lama dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dalam pembelajaran IPA untuk pokok bahasan Gaya Magnet diperoleh hasil bahwa hampir seluruh siswa(_+93,33%) mengalami kesulitan dan belum tuntas dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul, “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Metode Inquiry Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SD ...........

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengalaman dan praktek mengajar ternyata pelajaran IPA di SD dirasakan sulit oleh Siswa, sehingga tingkat keberhasilan proses pembelajaran mengalami kesulitan dan belum tuntas. Hal itu terjadi karena beberapa faktor antara lain:

  1. Siswa tidak memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
2.      Siswa tidak memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar.
3.      Siswa tidak mampu menggunakan konsep pengetahuan alam untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.     


1.3. Batasan Masalah
Secara khusus, penelitian ini dibatasi untuk meyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran diantaranya:
·         Meningkatkan motivasi belajar melalui metode Inquiry Discovery.

1.4. Rumusan Masalah
Masalah yang ditemui oleh penulis pada mata pelajaran IPA dengan pokok materi konsep Gaya Maget pada Siswa kelas V SD ............ adalah:
·        
1
 
Apakah metode Inquiry Discovery dapat meningkatkan motivasi Siswa dalam pembelajaran IPA?
·         Apakah metode pembelajaran Inquiry Discovery dapat meningkatkan hasil belajar Siswa tentang Gaya Magnet?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas dii kelas V SD dengan kurangnya motivasi belajar dan adanya kesulitan Siswa dalam pembelajaran IPA adalah:
1.      Meningkatkan motivasi belajar Siswa tentang Gaya Magnet dengan menggunakan model Inquiri Discovery.
2.      Untuk mengetahui sejauh mana model Inquiry Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep Gaya Magnet

1.6. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan adanya manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh Siswa maupun Guru dalam proses belajar mengajar serta berbagai pihak yang terkait di dalamnya, yaitu:
1. Manfaat Bagi Guru
a.       Dapat meningkatkan wawasan tentang pembelajaran Inquiry Discovery dalam pembelajaran IPA.
b.      Dapat menerapkan wawasan dalam pengetahuan serta keterampilan Guru dalam pembelajaran IPA dengan bepusat pada Siswa.
 2. Manfaat Bagi Siswa
a.       Meningkatkan motivasi belajar Siswa dalam penbelajaran IPA.
b.      Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang materi Gaya Magnet.
c.       Dapat melakukan berbagai percobaan dan dapat menemukan sendiri jawabannya dalam menyelesaikan berbagai masalah pada pembelajaran IPA.
d.      Dapat menerapkan konsep Gaya Magnet dalam kehidupan sehari-hari.
  1. Manfaat bagi peneliti
a.       Untuk menambah wawasan, mengenai model pembelajaran IPA.
b.      Dapat menambah pengalaman dalam memecahkan masalah pembelajaran yang terjadi di tingkat sekolah dasar.
  1. Manfaat bagilembaga
c.       Dapat meningkatkan mutu proses pendidikan keilmuan dalam pembelajaran IPA di SD.
d.      Sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme Guru.  
BAB II  KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
2.1. KAJIAN TEORI
  2.1.1 Motivasi Belajar
1.  Pengertian Meningkatkan
Maningkatkan yaitu pencerminan dari suatu kegiatan untuk merubah suatu hal menjadi lebih, misalnya yang kurang baik menjadi baik bahkan menjadi lebih baik.
2.      Pengertian Motivasi
Motivasi yaitu suatu aktivitas memberikan semangat atau dorongan kepada seseorang terhadap suatu permasalahan.
3.  Pengertian Belajar
Belajar merupakan usaha - usaha/proses yang dilakukan oleh subjek didik (Siswa/Pelajar) sebagai bagian dari kegiatan dalam melaksanakan tugas-tugas dan perkembangannya.
4.  Pengertian Siswa
Siswa yaitu sekelompok anak didik yang harus menerima dan mencari pengetahuan dan pengalaman dari seorang Guru (Pengajar).
Untuk menulusuri hakikat sain (IPA) terlebih dahulu kita cermati definisi sain menurut Paul Denhart Hurd (Wilma S. Longstreet, et-al 1993 : 242) yang akan membantu kita dalam membedakan antara sain dengan lainnya. Tetapi sebelumnya kita cermati paparan scince menurut Paul Denhart Hurd (Wiliam S. Longstreet, 1990: 242), “For some, science refer to all those studies that seek to understand the order of nature”. Menurutnya, sain berkaitan dengan semua studi yang berkeinginan untuk memahami alam. Selanjutnya secara spesifik Paul Denhart Hurd (Wilma S. Longstreet, 1990:242) menjelaskan:
“Three part definition purposes that science is a process of thinking as well as means of acquiring new knowledge and a means of understanding the nature world”.

Menurut penjelasan tersebut science adalah suatu bidang keilmuan untuk mencari dan memahami semua yang berkaitan dengan alam. Karakteristik utama science (IPA) adalah dipelajari dengan cara mencari (inquiry) untuk memahami peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan alam.Dengan demikian sain akan melatih peroses berfikir dalam membangun suatu struktur pemaknaan siswa terhadap ilmu pengetahuan.
Cakupan sain ditingkatkan sekolah lanjut meliputi makna mata pelajaran fisika, kimia dan biologi serta astronomi. Namun dalam kurikulum sekolah dasar (pendidikan dasar) ke empat pelajaran itu dilaksanakan secara terpadu dalam bidang studi IPA. Hal ini dapat kita lihat dari struktur kurikulum untuk SD dan SMP pada kurikulum KTSP yang mengacu pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi.
Mengenai IPA, Parsaoran Siahaan (2006: 21) mengemukakan bahwa:
Hakikat IPA adalah: IPA diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia terhadap alam. Hukum-hukum dalam IPA merupakan produk dari penyelidikan ilmiah (Scientific Inquiry) dengan menggunakan metode ilmiah (Scincetific Method) dan hukum-hukum atau teori-teori dalam IPA bukan merupakan suatu kebenaran mutlak, tapi bersifat nisab.
Kemudian J. W Kimball (1993: 14 – 15) mengutarakan lebih lanjut bahwa:
IPA diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia terhadap alam. Pertanyaan mendasar itu menurut perangkat dari Missouri (kepenasaran terhadap suatu objek). Objek IPA  berkaitan dengan benda-benda dan fenomenanya, baik benda hidup (Living), maupun benda tak hidup (Non living). Keterampilan membuat pertanyaan yang jelas akan berpengaruh terhadap kegiatan penyelidik selanjutnya. Hukum dan teori IPA merupakan produk dari penyelidikan ilmiah melalui metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan langkah ilmiah yang ditempuh dalam memperoleh suatu kesimpulan. Langkah metode ilmiah antara lain: menemukan masalah, menentukan pemikiran (Hipotesis), mengumpulkan fakta, menguji Hipotesis dan membuat kesimpulan.
Hukum-hukum dan teori-teori dalam IPA bekan merupakan kebenaran mutlak. Teori-teori atau hukum-hukum yang telah ditemukan dan diakui kebenrannya saat ini bisa saja gugur oleh teori atau hukum dari penemuan berikutnya. Demikian seterusnnya sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi yang digunakan dalam pengamatan penyelidikan dalam rangka pengumpulan fakta dan teknologi percobaan yang digunakan. Selanjutnya, Lily Barlia (2003 : 4), menjelaskan bahwa, “Terdapat dua komponen dalam IPA yakni: Pertama, IPA sebagai salah satu proses dan IPA sebagai produk”. Kedua, komponen itu merupakan satu kesatuan yang tidak boleh diabaikan satu sama lain. Selanjutnya proses pembelajaran IPA harus mampu mencakup kedua komponen tersebut.

        2.1. 2. Metode Inquiry Discovery
Dengan memahami konsep IPA dan tujuan IPA maka kita akan mengembangkan proses pembelajaran IPA sesuai dengan karakteristik materi, karakteristik lingkungan dan perkembangan Siswa.
Mengembangkan pembelajaran IPA, harus mempertimbangkan dua komponen IPA yakni sebagai proses dan produk. Pendekatan yang dipilih hendaknya berorientasi pada proses belajar yang berpusat pada siswa (Learning- Centered). Strategi yang digunakan jelas hendaknya sesuai dengan pendekatan diatas. Strategi pembelajaran mengacu pada pembelajaran tidak langsung (Indirect Strategy). Maksudnya adalah bahwa pembelajaran tidak menyajikan materi yang sudah jadi. Proses pembelajaran harus mengarah pada penyelidikan untuk mencari dan menemukan (Inquiry Discovery). Dengan demikian maka metode pembelajaran yang dipilih harus relevan dengan pendekatan dan strategi pembelajaran IPA. Inilah karakteristik pembelajaran IPA.
Namun tentunya proses Inquiry Discovery Siswa SD berbeda dengan para ahli. Proses Inquiry Discovery Siswa SD adalah proses terbimbing (Guidance Inquiry – Guidance Discovery). Maksudnya tidak sepenuhnya menyelidiki sesuatu yang belum diketahui, tapi Siswa SD akan menyelidiki suatu konsep yang sebenarnya sudah ditemukan atau diketahui oleh para ahli atau diketahui Guru dari para ahli.
Yang berkenaan dengan metode ilmiah pun dalam pembelajaran IPA untuk Siswa SD dilaksanakan secara sederhana sesuai dengan pola pembelajaran yang direkomendasikan SEQIP (Advokasi PBS – SEQIP, 2006 : 36) antara lain :
1)      Memunculkan masalah, berupa pertanyaan singkat dan jelas berkaitan dengan meteri yang akan dipelajari yang diperoleh dari fenomena nyata yang dimunculkan.
2)      Memuat asumsi sementara, guru memancing asumsi Siswa tentang jawaban sementara menurut pengalaman atau keyakinan, atau pemikiran Siswa.
3)      Mengumpulkan fakta, melalui pengamatan.
4)      Pengujian fakta, melalui percobaan-percobaan atau demostrasi atau simulasi.
5)      Membuat kesimpulan, Guru membimbing Siswa untuk mampu menyusun kesimpulan dengan bahasannya sendiri berdasarkan hasil pengujian fakta sebelumnya.

Pada saat proses pembelajaran, kegiatan memunculkan masalah dan membuat asumsi yang dilakukan pada kegiatan pembuka atau pendahuluan, sedangkan kegiatan mengumpulkan fakta, menguji fakta dan asumsi serta membuat kesimpulan yang dilakukan pada tahap kegiatan pokok atau inti.
Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan bahwa dalam merancang pembelajaran IPA baik berkaitan dengan penyajian materi maupun siasat pembelajaran (pengkondisian proses pembelajaran) di SD harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kongnitiif dan perkembangan mental sosial anak usia SD. Menurut Piaget (Nana Syahodin, 2004 : 153) menjelaskan “Perkembangan kongnitif Siswa usia SD berada pada tahap oprasional kongkrit”. Tahap ini memiliki karakteristik utama bahwa dalam anak belum memahami suatu konsep abstrak secara langsung, tapi pemahaman akan dapat dengan mudah dicapai anak melalui kongkritisasi. Pengunaan media pembelajaran yang kongkrit akan mudah mengantarkan anak untuk memahami konsep-konsep formal yang abstrak. Oleh karena itu, Agus Sujanto (1981 : 141) menyebut “Masa usia usia sekolah dasar adalah masa realisme”.
Kemudian dari sisi psikologi anak usia SD berada dalam masa bermain. Seperti dinyatakan dalam teori kohnstamm, Agus Sujanto (1981 : 38).
Anak-anak dalam masa bermain ini akan melewati beberapa katagori bermain dari yang paling sederhana hingga kompleks. Berturut-turut tahap permainan itu adalah tahap permainan gerak dan fungsi, permainan, destruktif, permainan konstruktif, permainan peranan (illusi), permainan reseptif dan permainan prestatif.
Guru harus dapat mengejawantahkan bentuk-bentuk permainan tersebut dalam pembelajaran. Secara sederhana perwujudan yang dimaksud dapat terlihat dari pelaksanaan pembelajaran yang dapat menghadirkan bentuk-bentuk permainan tersebut dalam proses pembelajaran sehari-hari melalui kreatifitas Guru, baik yang dapat diketahui maupun tidak disadarinya (informal fenomena).

          2.1.3. Pembelajaran IPA di SD
Tujuan Mata Pembelajaran IPA SD/MI jelas tercantum dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, tentang Standar Isi bagian Kerangka Dasar Kurikulum, antara lain :
1.              Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam semesta.
2.              Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.              Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat (salingtemas).
4.              Mengembangkan keterampilan proses untuk peenyelidikan alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5.              Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan.

          2.1. 4. Konsep Pembelajaran PAKEM
Proses pembelajaran yang mengacu pada acuan standar proses pendidikan dari pemerintah. Walaupun pengantar tanglebih rinci mengenai hal ini belum dirumuskan. Namun kita dapat memahami acuan standar proses pendidikan tersebut secara umum, diantaranya menurut :
a)          Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendiikan Nasional bab X pasal 40 menyatakan “Tugas dan kewajiban guru adalah menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif dan dinasmis”.
b)          Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV pasal (1) menjelaskan bahwa “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselengarakan secara intensif, inspiratuf, menyenagkan, menentang dan memotivasi Siswa untuk berfikir aktifdan kreatif seerta membangun perakarsa sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan peserta didik”.
c)          Perinsip-perinsip pelaksanaan KTSP dari lampiran permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi. Secara dicantumkan dalam perinsip pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, antara lain : “Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu :
1)      Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
2)      Belajar untuk memahami dan menghayati.
3)      Belajar untuk melaksanakan dan membuat secara efektif.
4)      Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain.
5)      Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan”.
Pembelajaran PAKEM singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
a.   Pembelajaran Aktif
Pembelajaran berpusat pada Siswa (Learning Oriented).Peroses belajar benar-benar mengarahkan bagaimana Siswa belajar secara aktif baik mental maupun fisik.Siswa berperan serta aktif bagaimana mempelajari bahan ajar (How to learn?).
b.   Pembelajaran Kreatif
Pelajaran yang memberikan ruang pada Siswa untuk memunculkan kreatifitasnya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Kreatifitas ini memberi ciri utama adanya originalitas makna, cara atau prosedur yang dimiliki Siswa dalam membangun pemahamaan dan daya nalarnya terhadap materi pembelajaran. Siswa akan tertantang (Challenge) mengaktifkan seluruh panca indranya, mengaktifkan dirinya secara fisik, mental dan emosional terlibat dalam ”Bagaimana mempelajari sesuatu (How to learn). Pembalajaran kreatif dihasilkan oleh Guru yang kreatif.
                    c.   Pembelajaran Efektif
Efektif dalam Pembelajaran adalah proses pembelajaran yang ditempuh secara aktif dan menyenangkan itu diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektifitas pembelajaran ditentukan oleh sejauhmana tujuan pembelajaran dapat dicapai.
d.   Pembelajaran Menyenangkan
Widaninggar (2001: 8) menjelaskan bahwa: ”Siswa usia sekolah dasar berada pada masa bermain. Mereka akan menyukai penyajian pembelajaran dalam bentuk permainan yang kreatif”. Oleh karena itu selain menyajikan pembelajaran dengan realistik dan konkrit bagi Siswa SD, juga pembelajaran itu hendaknya dikemas dalam iklim atau suasana yang menggembirakan.
      Kebutuhan merupakan dasar dari motivasi individu.Belajar bagi Siswa akan efektif, bila sudah terbangun dalam dirinya suatu kebutuhan pada apa yang dipelajarinya.Siswa akan asyik mengikuti pembelajaran dengan segenap perhatiannya.inilah yang sebenarnya yang ingin dimunculkan oleh Guru ketika melaksanakan proses pembelajaran.Sesuatu yang menyenangkan bagi siswa, bisa dimediasi melalui permainan, simulasi, demontrasi atau ketakjuban dan kebutuhan AMBAK (Apa manfaat bagiku?).
Ciri-ciri pembelajaran menurut Depdiknas (diklat PAKEM LPMP BANTEN 2006) antara lain:
a)     Guru tidak kikir memuji
b)        Memunculkan kelebihan Siswa daripada mengomentari kekurangannya
c)     Tidak mempermalukan Siswa
d)   Meyakinkan bahwa belajar itu mudah dan mereka akan berhasil
d)  Menghargai sekecil apapun kemampuan Siswa
e)    Menghargai perbedaan pendapat
f)     Tidak menanamkan rasa takut pada Siswa
g)    Membangun suasana yang akrab

      2.2.1.     Kajian Hasil Temuan Penelitian
Salah satu tujuan dari mata pelajaran IPA adalah mengembangkan kecakapan peserta didik dalam hal keterampilan proses untuk dapat menerapkan ilmu pengetahuan alam dalam kehidupan sehari-hari.Standar Kompetensi mata pelajaran IPA SD terdiri dari 2(dua) aspek yaitu pertama, pemahaman konsep dan penerapannya. kedua, kerja ilmiah. Pemahaman dan penerapan konsep mencakup mencakup semua sub ranah dalam ranah kognitif sedangkan kerja ilmiah mencerminkan semua aktifitas sains yang melatih dan mengembangkan baik keterampilan sains maupun sikap ilmiah.
Dari hasil pengamatan pada siswa Kelas V SD ...... dapat diperoleh gambar tentang pembelajaran IPA, sebagai berikut :
a.   Guru mengalami kesulitan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan model yang tepat
b.   Proses pembelajaran IPA masih dominant menggunakan metode ceramah
c.   Pada pembelajaran IPA belum banyak melibatkan fisik dan mental Siswa dalam memperoleh penetahuan, Siswa tidak melakukan percaboan
d.   Kondisi pelajarean IPA tidak bersifat pada Siswa, karena semua kegiatan di dominasi oleh guru
e. Guru kurang menggunakan alat peraga, karena akan menyita banyak waktu lebih lama dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hal tersebut di atas apabila Siswa tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keterampilan proses atau berperan aktif dalam proses belajar mengajarnya, maka sudah barang tentu kemampuan untuk pemahaman dan penerapan konsep serta kinerja ilmiah, terutama dalam menerapkan ilmu pengetahuan alam untuk memecahkan masalah yang sering ditemukan oleh peserta didik pada kehidupan sehari-hari menjadi lemah.
Berdasarkan hal itulah kami temukan bahwa pada Siswa kelas V  SD ............., dari sejumlah 13 orang, sebanyak 11 orang Siswa mengalami kesuliutan dalam memahami materi pembelajaran IPA materi Alat Pernapasan Manusia dan ternyata motivasi belajarnyapun kurang.
Berdasarkan daya yang diperoleh melalui percobaan secara kuantitas kurang lebih 93,33% Siswa kelas V SD.............. masih di bawah nilai ketuntasan belajar yang sudah ditetapkan yaitu 60%.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN
Membahas atau berbicara tentang prosedur penenelitian tindakan kelas (PTK) berarti membahas setting penelitian, persiapan penelitian, silabus penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
3.1.            Setting Penelitian
Setting penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
  1. Tempat Penelitian                      : SD .......................
  2. Sampel Penelitian                       : Kelas V (Lima)
  3. Materi Pelajaran                         : Gaya Magnet
  4. Media yang digunakan
           a)  Bahan pelajaran IPA kelas V SD
b)      Alat peraga skip
c)      Benda-benda disekitar lingkungan kita
d)     Lembar kerja, banyak soal 5 dalam bentuk isian
  1. Semester/ Tahun Ajaran            : Genap, 2012/2012
  2. Lingkungan fisik sekolah           : Pedesaan
  3. Motivasi belajar siswa                : Rendah
  4. Nama peneliti                             :
  5. Mitra peneliti                              :
  6. Jadwal kegiatan                         : Terlampir

3.2.            Persiapan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, oleh karenanya penelitian ini tidak direncanakan sejak awal, tetapi baru direncanakan setelah hasil dari proses belajar mengajar di rasakan adanya masalah (kurang memuaskan).
Langkah-langkah persiapan setelah dirasakan adanya masalah yang perlu dipecahkan melalui PTK ini adalah :
  1. Melakukan study awal dengan melakukan repleksi, yakni kegiatan diskusi dengan beberapa orang Guru tekait dengan mitra peneliti membahas permasalahan yang ditemakan.
  2. Membuat rencana tindakan, meliputi :
    1. Membuat rencana pembelajaran
    2. Membuat kesepakatan dengan mitra
3.3.      Siklus Penelitian
   Jumlah siklus dalam PTK ini tidak ditentukan sejak awal tetapi sangat dipengaruhi oleh data yang diperoleh dan hasil analisisnya. Apabila data yang diperoleh sudah memuaskan untuk menjawab permasalahan penelitian, maka silabus penelitian dianggap selesai.

3.4.            Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasI, catatan data lapangan, diskusi, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasarana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti.
Uraian lebih lanjut mengenai teknik-tiknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :
a)  Observasi dan catatan data lapangan          
Observasi dalam kegiatan PTK merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan Guru (Peneliti) selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat yang dalam hal ini adalah Mitra Peneliti (Anwar Hidayat).
Bentuk kegiatan Observasi yang dilakukan dalam PTK ini menggunakan model Ovservasi terbuka. Adapun yang dimaksud Observasi terbuka adalah apabila pengamat (Observer)melakukan pengamatannya dengan mencatatkan segala sesuatu yang terjadi dikelas.
Hasil pengamatan dari mitra peneliti selanjutnya dijadikan catatan data lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prof. Dr. Rochiati Wiriaatmaja (2005: 125) yang menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini (PTK) adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi”.

b)      Diskusi 
Diskusi menurut Denzin dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005: 117) adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dianggap perlu.
Dalam PTK ini kegiatan diskusi dilakukan oleh peneliti dan dibantu mitra peneliti kepada beberapa orang Siswa (sebagai sample) yang terlibat dalam kegiatan PTK ini.
c)  Hasil tes  
hasil tes yang dimaksud adalah hasil berupa nilai yang diperoleh melalui ujian post tes. Hasil ini dapat dijadikan bahan perbandingan antara hasil post tes terdahulu dengan hasil post tes berikutnya.
d)     Catatan hasil refleksi
Adapun yang dimaksud catatan hasil refleksi adalah catatan yang diperoleh dari hasil refleksi yang dilakukan dengan melaluai kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Hasil refleksi iniselain dijadikan bahan dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnya juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tujuan kegiatan ini

3.5.     Teknik Analisis Data
           Anslisis data dalam PTK ini dilakukan sejak awal, artinya analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dan Rochiati Wiriaatmaja (2005: 139) bahwa, “…the ideal model for data collection and analysis is one that inter weaves them form beginning”. Ini berarti model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.
Kegiatan analisis data yang akan dilakukan, mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmaja, (2005: 135-151) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengaitkan atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya. Gambaran hasil pelaksanaan refleksi tersebut dibuat dalam bentuk grafik agar terlihat lebih jelas dan mudah dipahami secara subtantif.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006), Panduan KTSP. Depdiknas-Jakarta

Departmen Pendidikan Nasional (2003). Undang Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, -Jakarta 

Hidayat, Sholeh (2003). Media dan Sumber Pembelajaran. Makalah pada Diklat Guru dan Kepala Sekolah – Dindik Propinsi Banten

Mulyasa E. 2005. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.

NN. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Dinas Pendidikan Nasional, Proses, Kencana Pradana Media – Jakarta.

Siaahan, Parsaoran (2004). Hakikat Pembelajaran IPA. Diklat Advolasi PBS IPA, Depdiknas. 

Tim Bina Karya Guru, 2005, Sain untuk Kelas V. Jakarta: Erlangga.

Wiraatmaja, Rochiati, Prof. Dr. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. UPI dan Remaja Rosdakarya: Bandung.

Post a Comment

Previous Post Next Post


































Free site counter


































Free site counter