A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative LearningPengertian Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.
Strategi pembelajaran dengan kooperatif learning dipakai karena untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang arti pentingnya kerjasama kelompok namun tetap memperhatikan terhadap usaha individual. Hal ini sesuai dengan sifat dan kodrat manusia sebagai mahkluk sosial. Selain itu bila dikaitkan dengan profesi dalam bidang teknologi informasi yang sering bekerja secara kelompok atau tim. Oleh karena itu perlu kiranya dalam pembelajaran diberikan pemahaman tentang arti pentingnya kerjasama dan sama kerja dalam kelompok.
Ada 5 prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2002). Menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Struktur Tugas, siswa melakukan kegiatan secara bersama-sama (kerjasama dan sama kerja). Struktur Tujuan, tiap-tiap individu ikut andil menyumbang dalam pencapai tujuan. Struktur Hadiah, keberhasilan individu adalah atas usaha secara bersama-sama.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING ) |
B. Landasan Teoritis dan Empirik Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
John Dewey 1916, Democracy and Education.
- Kelas merupakan cermin masyarakat tempat untuk belajar kehidupan nyata.
- Guru menciptakan lingkungan belajar dengan prosedur demokrasi dan ilmiah.
- Memotivasi siswa untuk belajar secara kooperatif.
Herbert Thelen 1954, 1969.
- Mengembangkan pembelajaran agar siswa belajar secara kelompok.
- Kelas mmerupakan laboratorium untuk mengkaji masalah sosial dan antar pribadi.
Gordon Allport
- Kontak langsung antar etnik.
- Berperan dalam kelompok dalam seting tertentu.
- Setting itu mendapatkan persetujuan antar etnik.
- Melaporkan 45 penelitian tentang pembelajaran kooperatif dan pengaruhnya terhadap hasil belajar.
- Studi ini meliputi semua kelas dan bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, matematika, membaca dan menulis.
- Lokasi penelitian di Israel, Nigeria, Jerman, dan USA.
- Hasilnya 37 di antaranya menunjukkan hasil yang signifikan, 8 tidak ada perbedaan, dan tidak satupun menunjukkan pengaruh yang negatif.
Lundgren 1994
- Memberikan dampak kepada siswa yang berkemampuan kurang.
- Memberikan motivasi kepada siswa yang lain.
Mohamad Nur 1997
- Meningkatkan pencurahan waktu dan tugas.
- Memperbaiki kehadiran.
- Pemerimaan perbedaan individu menjadi lebih besar.
- Perilaku penganggu menjadi lebih kecil.
- Konflik antar pribadi menjadi berkurang.
- Sikap apatis berkurang.
Harmanto 2004 (di Perguruan Tinggi/mahasiswa program studi PKn)
- Menyenangkan
- Tingkat kelulusan tinggi (98%)
C. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Menurut Lie (2002) ada Lima unsur Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
- Saling ketergantungan positif.
- Tanggung jawab perseorangan
- Tatap muka
- Komunikasi antar anggota
- Evaluasi proses kelompok (Lie, 2002).
Sedangkan menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning lebih efektif adalah sebagai berikut :
a) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
b) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
d) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
e) Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akanikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001:3) pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b) Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF |
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Adapun kelelihan model pembelajaran kooperatif adalah
a) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri dan cara memecahkan masalah,
b)memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya,
c) membiasakan siswa untuk bersikap terbuka namun tegas,
d) meningkatkan motivasi belajar siswa,
e) membantu guru dalam pencapaian tujuan pembelajar. Kare4na langkah-langkah pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di sekolah,
f) mendorong motivasi guru untuk menciptakan media pengajaran, karena media begitu penting dalam pembelajaran kooperatif.
Sedangan kelemahan model pembelajaran kooperatif adalah diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi, seperti belajar kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai kurang kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, yang tidak terbiasa dengan belajar. Selian itu dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, kelompok yang merasa asing dan sulit untuk bekerja sama.
Selain itu kelemahan lain penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning yang sering muncu, yaitu:
a) Jika tidak ada bimbingan dari teman dan guru maka ada kalanya siswa yang selalu "pasrah".
b) Jika tidak ada mekanisme yang baik dalam proses akan ada sikap ketergantungan siswa.
MENCARI PASANGAN MERUPAKAN CONTOH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF |
E. Teknik-Teknik dalam Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Berikut ini teknik pembelajaran yang dapat mewakili Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
1. Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.
4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.
5) Pembahasan kuis
6) Kesimpulan
JIGSAW MERUPAKAN CONTOH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING ) |
2. Jigsaw (model tim ahli)
Langkah-langkah:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota 4 orang
2) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
4) Setelah kelomppok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali kekelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6) Pembahasan
7) Penutup
3. Group investivigation go a round
Langkah-langkah:
1) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa
2) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4.Think pair and share
Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan inti materi
2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan
5. Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
4) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
6) Kesimpulan.
6. Mencari Pasangan
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik atau reviev materi (tepat ketika menjelang tes).
2) Setiap siswa mendapat kartu.
3) Setiap siswa mencari kartu yang cocok dengan pasangannya. Misalnya "LIMA" maka pasangannya "PERU". "JAKARTA" -- "INDONESIA" dst.
7. Bertukar Pasangan
a) Setiap siswa mendapatkan satu pasang.
b) Guru memberikan tugas dan siswa mengerja-kan tugas dengan pasangannya.
c) Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain.
d) Kedua pasangan tersebut bertukar. Masing-masing pasangan yang baru akan bertukar informasi.
f) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
8. Kepala Bernomor
a) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b) Guru memberikan tugas masing-masing kelompok mengerjakannya.
c) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
d) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
a) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat
b) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya untuk bergabung ke kelompok yang lain.
c) Dua orang yang tinggal mempunyai tugas untuk memberi informasi kepada tamu.
d) Tamu akan kembali ke tempat semula untuk melaporkan hasil kunjungannya.
e) Kelompok akan membahasnya.
10. Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips
Talking adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara, sedangkan chips yang berarti kartu. Jadi arti talking chips adalah kartu untuk berbicara. Sedangkan talking chips dalam pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja. Model pembelajaran talking chips atau kancing gemerincing merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif.
Pembelajar kooperatif tipe talking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Sebagaimana dinyatakan Masitoh dan Laksmi Dewi dalam bukunya Strategi Pembelajar (2009:244) model pembelajaran talking chips merupakan model pemelajaran kancing gemerincing yang dikembangkan oleh Spender Kagan (1992).
Dalam pelaksanaan talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu atau “chips” (biasanya dua sampai tiga kartu). Setiap kali salah seorang anggota kelompok menyampaikan pendapat dalam diskusi, ia harus meletakan satu kartunya ditengah kelompok. Setiap anggota diperkenankan menambah pendapatnya sampai semua kartu yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelomoknya juga menghabiskan semua kartu mereka. Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan, 2000 : 47).
Langkah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Talking Chips:
1) siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-6 orang perkelompok.
2) kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran.
3) Setiap kelompok diberi 4-5 kartu yang digunakan untuk siswa berbicara.
4) Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya.
5) Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara.
Dalam cara lain, penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang dapat menarik perhatian siswa, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain. Karena benda-benda tersebut berbunyi gemerincing, maka istilah untuk talking chips dapat disebut juga dengan “kancing gemerincing” (Lie, 2002 : 63).
Adapun langkah-langkah pembelajaran adalah sbb
1) Guru menyiapkan kotak kecil yang berisikan kancing-kancing.
2) Setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing
3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat ide harus menyerahkan salah satu kancingnya;
4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali (Masitoh dan Laksmi Dewi. 2009:244)
Terima kasih Anda telah membaca artikel Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning semoga bermanfaat.
Tags:
Serba-serbi